Risiko Kerja di Jepang, Yuk Antisipasi Sebelum Berangkat

Bekerja di Jepang menawarkan peluang besar, tetapi juga menyimpan berbagai risiko yang perlu kamu antisipasi, terutama kamu sebagai pekerja asing. Dari jam kerja hingga budaya, kamu harus memahaminya semua.

Risiko yang kami berikan ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi buat bekal pengetahuan kamu sebelum berangkat kerja ke Jepang. Yuk simak!

Risiko Fisik dalam Dunia Kerja

Beragam tantangan fisik dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pekerja di Jepang, mulai dari kelelahan akibat jam kerja hingga risiko bencana alam, ini risiko fisik lainnya;

1. Jam Kerja Panjang dan Lembur Berlebihan

Budaya kerja Jepang sering kali menuntut jam kerja yang panjang, terutama di industri seperti manufaktur dan teknologi. Banyak pekerja menghadapi tekanan untuk lembur secara berlebihan yang dikenal sebagai karoshi (kematian akibat kerja berlebihan).

Hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik, gangguan tidur, dan masalah kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi pekerja untuk memahami batasan kontrak kerja mereka dan berani menolak lembur yang tak wajar.

2. Kecelakaan Kerja di Sektor Berat

Sektor seperti konstruksi, manufaktur, dan perikanan di Jepang memiliki risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Meskipun standar keselamatan kerja di Jepang tergolong ketat, faktor seperti kurangnya pelatihan atau kelalaian dapat menyebabkan cedera.

Kami ambil contoh, pekerja asing yang baru tiba mungkin belum terbiasa dengan peralatan berat atau prosedur keselamatan. Dengan kata lain, pelatihan keselamatan yang memadai sangat penting untuk meminimalisir risiko ini.

3. Cuaca Ekstrem

Iklim Jepang tidak sama dengan iklim di Indonesia. Sebab Jepang berada di luar garis khatulistiwa, sehingga memiliki empat iklim sepanjang tahun. Terlebih lagi Jepang sering dilanda gempa karena bertepatan dengan pertemuan lempeng benua.

Pekerja yang bekerja di sektor luar ruangan, seperti pertanian atau konstruksi, rentan terhadap paparan cuaca ekstrem. Oleh karena itu, penting memahami prakiraan cuaca setempat dan menggunakan perlengkapan pelindung untuk menjaga keselamatan.

Artikel Terkait: Jurusan Kuliah yang Punya Peluang Kerja di Jepang

Risiko Mental dan Psikologis

Tekanan kerja dan perbedaan budaya dapat memengaruhi kesehatan mental para pekerja asing. Ini dia risiko yang harus kamu hadapi;

1. Stres karena Tekanan Kerja

Budaya kerja Jepang yang kompetitif sering kali menciptakan tekanan besar bagi pekerja, terutama bagi mereka yang bekerja di bawah tenggat waktu ketat.

Pekerja asing mungkin akan merasa sulit untuk memenuhi ekspektasi tinggi atasan atau rekan kerja. Akibarnya, stres kronis dapat mempengaruhi kesehatan mental.

Hal ini bisa saja mengakibatkan kecemasan, depresi, dan gangguan mental lainnya. Tapi yang perlu dicatat baik-baik, jangan pernah melakukan apapun diluar kendali akal sehat jika sudah terkena mentalnya.

Sebaiknya lakukan meditasi maupun konsultasi kepada pakar yang memang ahli tentang penyakit mental. Atau lebih baik sering-sering melakukan rekreasi melepas penat setiap akhir pekan.

2. Kesepian dan Culture Shock

Pekerja asing merasa terisolasi karena perbedaan budaya, bahasa, atau kurangnya dukungan sosial seperti yang didapat ketika masih berada di Tanah Air.

Semua calon pekerja Jepang dari Indonesia pasti sudah tahu bahwa budaya kerja Jepang itu formal dan hierarkis (sistematis). Solusinya, bangunlah jaringan sosial untuk menggali informasi terkait budaya kerja.

Selain itu, memiliki jaringan sosial yang banyak juga dapat membantu kamu jauh dari suasana yang selalu sepi. Kamu jadi punya teman, dan punya orang yang bisa diajak ngobrol.

3. Keterbatasan Komunikasi

Bahasa Jepang yang kompleks dapat menjadi hambatan besar bagi pekerja asing. Ketidakmampuan berkomunikasi dengan baik dapat menyebabkan kesalahpahaman di tempat kerja, yang pada akhirnya meningkatkan stres.

Tak hanya itu saja, keterbatasan bahasa juga dapat menghambat pekerja dalam memahami hak dan kewajiban mereka. Oleh sebab itu, belajar bahasa Jepang sebelum berangkat sangat disarankan, terlebih lagi lewat jalur pelatihan kerja Jepang (resmi).

Risiko Administratif dan Legal

Masalah administrasi dan hukum dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi pekerja asing jika tidak dikelola dengan baik, dibawah ini penjabarannya;

1. Kontrak Kerja Tidak Sesuai dengan Kenyataan

Beberapa pekerja asing menghadapi masalah ketika kontrak kerja yang ditandatangani tidak sesuai dengan kondisi kerja aktual (secara nyata), seperti gaji rendah atau jam kerja panjang.

Hal ini sering terjadi apabila pekerja menggunakan agen yang kurang terpercaya. Maka dari itu, harusnya kamu memverifikasi kontrak kerja dengan cermat sebelum menandatangani, ini sangat penting.

2. Overstay Akibat Masalah Visa

Masalah visa seperti keterlambatan perpanjangan atau ketidakpatuhan terhadap peraturan, dapat menyebabkan status overstay. Kalau sudah begitu maka berisiko akan dideportasi.

Selain deportasi, reputasi pekerja di masa depan juga akan terpengaruh. Akibatnya, perusahaan tersebut menutup gerbang pekerja asing, terutama dari Indonesia.

Dalam hal ini, pekerja harus memahami peraturan visa dan memastikan dokumen mereka selalu diperbarui supaya dapat menghindari risiko besar ini.

3. Agen Ilegal

Beberapa pekerja asing telah menjadi agen ilegal yang menjanjikan pekerjaan di Jepang dengan iming-iming gaji besar, tetapi berujung pada ekspoitasi. Agen semacam ini pastinya tidak terdaftar dan tidak mematuhi peraturan pemerintah.

Makanya tidak heran jika agen tidak resmi tersebut berani memberikan iming-iming gaji sangat besar, durasi kerja pendek. Namun, kamu tetap harus memilih jalur resmi saja untuk terhindar dari risiko berbahaya.

Diskriminasi dan Perlakuan Tidak Adil

Diskriminasi dan perbedaan perlakuan dapat menjadi hambatan tambahan bagi pekerja asing di Jepang, apa saja? Yuk simak…

1. Potensi Diskriminasi di Tempat Kerja

Meskipun Jepang dikenal dengan keramahannya, beberapa pekerja asing melaporkan pengalaman diskriminasi, baik secara terang-terangan maupun terselubung.

Misalnya saja, pekerja asing mungkin dianggap kurang kompeten karena latar belakang budaya mereka. Akibatnya, penting untuk memahami hak sebagai pekerja dan melaporkan diskriminasi kepada otoritas terkait.

2. Perbedaan Perlakuan antara Pekerja Lokal dan Asing

Pekerja asing terkadang menerima perlakuan yang berbeda (kadang-kadang kurang enak), seperti tugas yang lebih berat, atau promosi yang lebih sulit didapat ketimbang pekerja lokal.

Hal semacam ini sering terjadi pada perusahaan yang kurang terbiasa dengan tenaga asing. Jadi, kamu juga perlu mengecek latar belakang perusahaan tersebut (baik dari internet, atau forum WNI Jepang).

3. Perlunya Memahami Hak-hak sebagai Pekerja Asing

Banyak pekerjaasing tidak mengetahui hak mereka, seperti hak atas upah minimum, cuti, atau perlindungan keselamatan kerja.

Ketidaktahuan ini dapat dimanfaatkan oleh pemberi kerja yang tak bertanggung jawab. Dengan kata lain, kamu wajib mempelajari undang-undangan ketenagakerjaan Jepang sebelum bekerja (Ini wajib banget).

Cara Menghindari dan Mengurangi Risiko

Dengan persiapan yang tepat, pekerja asing dapat meminimalkan risiko dan menjalani pengalaman kerja yang lebih aman dan nyaman di Jepang, berikut ini persiapannya;

1. Pilih LPK atau Agen Resmi dan Terdaftar

Untuk menghindari penipuan berkelanjutan,selalu gunakan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) atau agen yang terdaftar resmi di Kementerian Tenaga Kerja Jepang atau memiliki izin dari pemerintah Indonesia.

Tapi, kalau ke LPK Terbaik Jogja seperti LPK Furinkazan tidak perlu diragukan lagi. Soalnya sudah terdaftar di dinas terkait dan sudah beroperasi sejak 6 tahun lalu.

2. Pelajari Bahasa dan Budaya Jepang

Menguasai bahasa Jepang setidaknya tingkat dasar (N5) akan membantu komunikasi di tempat kerja dan kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, kamu juga perlu memahami budaya Jepang supaya tidak culture shock.

3. Simpan Dokumen Kontrak dan Nomor Darurat

Selalu simpan salinan kontrak kerja, paspor, dan dokumen penting lainnya di tempat yang aman. Selain itu, catat nomor darurat, seperti kontak kedutaan Indonesia di Jepang, untuk digunakan dalam situasi mendesak.

4. Bergabung dengan Komunitas WNI di Jepang

Komunitas Warga Negara Indonesia (WNI) di Jepang dapat menjadi sumber dukungan emosional dan informasi. Dengan bergabung, pekerja asing dapat berbagi pengalaman, mendapatkan saran, dan membangun jaringan sosial untuk mengurangi rasa kesepian.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *